Oleh Devane Sharma dan Yeo Yu Teng
Pada zaman di mana kepedulian lingkungan menjadi hal yang utama, dunia usaha menghadapi peraturan lanskap yang terus berkembang dan menuntut perhatian, seperti Peraturan Bebas Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang baru-baru ini dikeluarkan.
Pada Sustainability Townhall Musim Mas bulan Mei 2023, manajemen perusahaan menyoroti prioritasnya untuk masa depan. Mari kita pelajari hal-hal penting yang dapat diambil dari kegiatan ini dan mengetahui lebih lagi bagaimana dunia usaha dapat menavigasi perubahan peraturan untuk mendorong keberlanjutan, dan memberikan dampak positif.
1. Peraturan lanskap sedang berubah – kolaborasi adalah keharusan
Setelah Konvensi Rio tahun 1992, dan khususnya setelah Perjanjian Paris tahun 2015 di COP21, pemerintah di seluruh dunia mempercepat komitmen dan peraturan perubahan iklim.
Parlemen Uni Eropa telah mengadopsi EUDR, dan kami berharap EUDR akan segera diterbitkan oleh komisi tersebut. Pada dasarnya, ini adalah tindakan “uji tuntas” yang menilai risiko. Demikian pula dengan Undang-Undang USA FOREST Act of 2021, kemudian New York State Deforestation-Free Procurement Act, dan Inggris menjadwalkan 17 peraturan dari Environment Act of 2023, menjadi peraturan yang melarang komoditas terkait deforestasi.
Musim Mas berkomitmen kuat terhadap No Deforestasi dan menyambut baik peraturan ini. Namun, karena 90% minyak sawit yang kami proses berasal dari pemasok pihak ketiga, kami menyadari perlunya kerangka kerja untuk menilai dan memantau risiko deforestasi. Hal ini tidak dapat dilakukan sendirian. Kami melibatkan pemasok kami dalam beberapa cara, yang mencakup pemasok primer dan sekunder.
Anggota parlemen Eropa melakukan pemungutan suara mengenai isu perubahan iklim di kantor Parlemen Eropa, yang berlokasi di Strasbourg, Prancis timur, Selasa, 13 September 2022. Sumber: Human Rights Watch
2. EUDR dan kerangka peraturan lainnya harus mencakup petani sawit (smallholders)
Peraturan EUDR yang akan datang, berisiko mengecualikan petani sawit dari rantai pasokan, yang mencakup 41% area penanaman kelapa sawit di Indonesia. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk bagi jutaan penghidupan petani sawit yang tidak memiliki sumber daya untuk mematuhinya. Ada juga risiko kenaikan harga minyak sawit, yang mungkin akan meningkatkan harga pangan.
Musim Mas memahami kekhawatiran ini dan menekankan komitmen mereka terhadap inklusivitas. Meskipun petani sawit tidak memasok langsung ke Musim Mas, perusahaan ini menjalankan program pelatihan petani sawit swadaya terbesar di Indonesia, yang memberikan manfaat bagi lebih dari 41.000 petani dengan luas lahan 85.000 hektar.
Musim Mas juga telah mendirikan Smallholder Hubs, tempat kami melatih Penyuluh Pertanian Lapangan dengan sistem pelatihan bagi pelatih. Hubs ini juga berfungsi sebagai pusat bagi berbagai pemangku kepentingan, di mana pemerintah daerah dan pelaku industri kelapa sawit lainnya dapat mengumpulkan sumber daya untuk memberi manfaat bagi petani sawit. Musim Mas akan terus melibatkan petani sawit karena mereka adalah pemangku kepentingan yang penting dalam memajukan keberlanjutan industri kelapa sawit.
Petani Swadaya yang menjalani program pelatihan Musim Mas
3. Komitmen bebas deforestasi saja tidak cukup – verifikasi dan pelaporan adalah suatu keharusan
Membuat komitmen bebas deforestasi saja tidaklah cukup. Sejak tahun 2021, Musim Mas telah menerapkan Kerangka Manajemen Risiko (RMF) bebas deforestasi yang menggabungkan basis pasokan kami dengan Area Penelusuran Hingga ke Perkebunan untuk menilai risiko yang ada. Selain dari Pendekatan Stok Karbon Tinggi (HCSA) untuk memandu upaya konservasi kami.
Kami kemudian bekerja sama dengan Palm Oil Innovation Group (POIG) untuk mengembangkan perangkat yang lebih komprehensif, yaitu Kerangka Pelaporan Terintegrasi, yang diverifikasi secara independen. Kami akan terus meningkatkan upaya verifikasi untuk mencapai rantai pasokan bebas deforestasi.
4. Menghitung emisi karbon Lingkup 3 adalah suatu keharusan – hal ini penting dilakukan di seluruh rantai pasokan
Meskipun Musim Mas telah melaporkan emisi Lingkup 1 dan 2, penghitungan emisi Lingkup 3 menimbulkan tantangan. Rantai nilai minyak sawit merupakan rantai panjang yang sudah berjalan jauh sebelum komoditas tersebut mencapai perkebunan skala besar seperti Musim Mas, sehingga memerlukan kolaborasi dengan pemasok dan pemangku kepentingan lainnya untuk menilai emisi ini secara akurat.
Musim Mas bekerja sama dengan konsultan South Pole untuk menghitung emisi Lingkup 3 sesuai dengan Protokol Gas Rumah Kaca. Upaya kolaboratif ini juga akan membantu menetapkan target pengurangan tingkat tinggi di luar penghitungan karbon, sehingga menghasilkan kemajuan menuju rantai pasokan yang lebih berkelanjutan.
5. Bekerja dalam satu lanskap dengan pemasok dan pelanggan adalah solusinya
Kelapa sawit bukan satu-satunya komoditas yang ditanam di wilayah operasional kami. Kami menyadari perlunya kerangka kerja terpadu yang benar-benar dapat membawa perubahan yang berarti terhadap hutan, keanekaragaman hayati, dan mata pencaharian lokal, sehingga kami perlu bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya di lanskap ini. Hal ini mencakup pemerintah pusat dan daerah, masyarakat sipil, pemasok, dan bahkan pesaing.
Contohnya adalah Strategi Lanskap Aceh Musim Mas, di mana kami memiliki strategi lima tahun untuk mencapai kebijakan No Deforestation, No Peat and No Exploitation (NDPE) dengan bekerja di seluruh lanskap. Aceh adalah rumah bagi 87% Ekosistem Leuser, salah satu bentang alam hutan tropis dengan keanekaragaman hayati paling tinggi dan paling terancam di dunia.