Musim Mas
Language
Search Menu

By Stephanie Lim

‘Keberlanjutan’ telah menjadi istilah yang panas di dunia bisnis beberapa tahun terakhir. Namun, di sekolah bisnis, keberlanjutan tidak selalu menjadi fokus utama pendidikan.

Di daerah di mana orang-orang telah bekerja dari miskin menjadi kaya, menjalankan bisnis sebagai mata pencaharian yang lebih baik, keberlanjutan biasanya tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Sangat mudah untuk terjatuh ke dalam kekeliruan logis seperti siapa menang atau kalah dan membandingkan profitabilitas dengan keberlanjutan.

Kemungkinan keberlanjutan sebagai strategi bisnis

Bisnis dan keberlanjutan dapat melengkapi satu sama lain dan menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Misalnya pembuat Nutella dan Ferrero yang populer. Karena komitmen untuk memasok 100% Minyak Sawit yang berkelanjutan, Ferrero telah dikenal olehkonsumen dan pemangku kepentingan sebagai pemimpin industri.

Musim Mas sebagai gantinya, diuntungkan dari komitmen Ferrero, karena kami adalah satu-satunya pemasok Kelapa Sawit yang berkelanjutan di Indonesia bagi Ferrero.

Dr. Judith Walls: Mendidik sarjana mengenai keberlanjutan

Di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, sekelompok pendidik yang bertujuan untuk mempromosikan pemikiran kritis seputar isu-isu keberlanjutan, dengan memperkenalkan modul online masal yang membahas aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan bisnis.

Saya berbicara dengan Dr. Judith Walls, yang berkolaborasi dalam mengembangkan modul keberlanjutan diseluruh universitas sebagai salah satu anggota fakultas dan Asosiasi Direktur di Pusat Bisnis Keberlanjutan Nanyang Business School (NTU Singapore). Dr. Walls sekarang adalah seorang Profesor dan Ketua Manajemen Keberlanjutan di Institute for Environment and Economy (IWOe), University of St. Gallen (Swiss).

Ceritakan tentang modul yang anda ciptakan.

Kami menciptakan modul ini, “Seeing through the Haze”, sebagai kursus online besar-besaran yang merupakan persyaratan wajib untuk semua sarjana di NTU, terlepas dari mata kuliah ataupun jurusan mereka.

Modul ini mengeksplorasi dampak sosial dan lingkungan terhadap bisnis, dan bagaimana masalah keberlanjutan ditangani, dengan menggunakan industri Kelapa Sawit sebagai studi kasus.

Dalam pembuatan modul, saya berkesempatan untuk mewawancarai para ahli di industri Kelapa Sawit, serta akademisi dan LSM. Kami menggunakan bahan ini untuk membuat modul ‘bergaya dokumenter’ yang akan menarik dan informatif bagi pelajar.

Apa alasan anda memilih Kelapa Sawit sebagai studi kasus?

Kami ingin memilih topik keberlanjutan yang relevan bagi pelajar di Singapura. Semua orang di Singapura tahu tentang kabut. Sejak periode kabut berkepanjangan di tahun 2015, banyak warga Singapura lebih peduli tentang Minyak Sawit dan asalnya. Namun, banyak yang mungkin tidak menyadari bagaimana Minyak Sawit lazim dalam barang sehari-hari, seperti makeup, makanan olahan dan produk-produk higenis.

Debat Minyak Sawit juga menarik di tingkat global karena pandangan polarisasi yang diambil oleh berbagai pihak. Di satu sisi, anda memiliki aktivis lingkungan yang menyerukan boikot total Minyak Sawit, dan di sisi lain, anda memiliki sektor swasta yang berusaha untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan menjadi norma.

Hal ini menyoroti betapa kompleksnya keberlanjutan dan adanya pertukaran dari keputusan bisnis, dan perlunya melibatkan banyak pemangku kepentingan seperti pemerintah dan LSM untuk bekerjasama  mencari solusi.

Apa yang anda harapkan dari pelajar setelah mengikuti modul ini?

Kami berharap untuk pelajar, setelah mengambil modul ini, akan mendapatkan pemahaman umum tentang keberlanjutan, dan bagaimana hal itu mempengaruhi banyak pemangku kepentingan. Penting bagi kami pelajar dapat melihat relevansi berbagai mata pelajaran dalam memecahkan masalah keberlanjutan Minyak Sawit. Kami juga ingin menunjukkan bahwa tidak semua hal tentang Minyak Sawit itu negatif.

Secara pribadi, saya mengubah pendirian saya tentang Kelapa Sawit setelah meneliti dan mempersiapkan modul ini. Saya dulu cenderung memboikot Minyak Sawit. Namun, ketika saya mulai belajar lebih banyak tentang topik ini, saya menyadari bahwa Minyak Sawit adalah tanaman minyak yang paling efisien lahan dibandingkan dengan minyak rapeseed, kedelai dan minyak lainnya. Oleh karena itu, saya sekarang memandangnya lebih seimbang bahwa di satu sisi, kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati bernilai tinggi perlu dilindungi dari deforestasi. Tetapi di sisi lain, jika kita dapat memproduksi Minyak Sawit secara efisien dan berkelanjutan, kita memiliki peluang untuk menggunakan lebih sedikit area lahan untuk produksi minyak.

Tentu saja, aspek penting untuk industri Kelapa Sawit adalah dapat diproduksi secara berkelanjutan dan tata kelola dalam rantai pasokan. Industri sedang berusaha untuk mencapainya. Dengan menunjukkan kepada pelajar betapa rumitnya masalah dan solusi keberlanjutan, mereka diharapkan akan belajar untuk berpikir lebih mendalam dan kritis tentang topik tersebut.