Musim Mas
Language

Oleh Musim Mas

Musim Mas mengidentifikasi dan memberikan kesempatan kepada karyawan yang memiliki potensi untuk mencapai tujuan karir mereka sambil mendorong pertumbuhan perusahaan di masa depan.

Pada tahun 2017, kami bermitra dengan Crops For the Future (CFF) [1] dan Universitas Nottingham Malaysia (UNM) untuk memulai program beasiswa pascasarjana untuk karyawan Musim Mas. Salah satu tujuan program ini adalah untuk menyelidiki potensi tumpangsari kelapa sawit dengan tanaman yang kurang termanfaatkan (underutilised crops)[2].

Kami mewawancarai Pak Ardiansyah Rachmad, Manajer Riset & Pengembangan (R&D) Musim Mas yang merupakan salah satu dari dua penerima beasiswa.

Mohon jelaskan peran dan keseharian Anda di Musim Mas.

Saya bergabung dengan Departemen Riset dan Pengembangan (R&D) PT Musim Mas pada tahun 2007 sebagai ahli Agronomi yang berbasis di PT Musim Mas Sorek selama 2 tahun. Kemudian, Saya dipindahkan ke Pusat R&D di Kalimantan Tengah pada tahun 2009 dan dipromosikan menjadi manajer R&D pada tahun 2014. Pada tahun 2015, saya dipindahkan kembali ke Musim Mas Sorek untuk memimpin R&D di Sorek. Peran saya adalah memimpin tim ahli Agronomi dalam memberikan crop advisory kepada semua Perkebunan kami di Sumatra. Ini termasuk memberikan rekomendasi pupuk yang spesifik dan tepat sesuai dengan lokasi penanaman, pengelolaan tutupan lahan, pengendalian hama dan penyakit, serta Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices) untuk membantu Perkebunan mendapatkan hasil yang tinggi secara berkelanjutan.

Selain itu, kami juga melakukan uji coba lapangan yang dirancang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Perkebunan dan meningkatkan rekomendasi crop advisory. Kami juga melakukan survei tanah untuk mengevaluasi potensi lahan dan kesesuaian untuk budidaya kelapa sawit, serta berperan aktif dalam sertifikasi audit RSPO, ISCC, POIG, dan ISPO.

Bagaimana pengalaman Anda berpartisipasi dalam program beasiswa Musim Mas – CFF?

Pada tahun 2017, saya diterima di program Master of Research (MRes) di Universitas Nottingham Malaysia (UNM). Saya mendapatkan beasiswa kuliah dari Crop For the Future Research Center (CFF-RC) dan PT Musim Mas, keduanya mensponsori semua pengeluaran atau biaya saya selama pendidikan, termasuk memberikan gaji. Saya dianugerahi gelar MRes pada Oktober 2019 dan sangat bersyukur mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi saya, dan pada saat yang bersamaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan kelapa sawit yang berkelanjutan.

Tesis saya menyelidiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah di Perkebunan kelapa sawit yang sudah dewasa. Untuk memenuhi mandat CFF, saya juga mengeksplorasi bagaimana Perkebunan kelapa sawit dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Untuk itu, kami menanam enam tanaman; Singkong, Jagung, Sorgum, Moringa, Kacang Tanah Bambara, dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) di lokasi percobaan seluas tiga hektar untuk menguji produktivitas tanaman-tanaman tersebut dan dampaknya terhadap kinerja kelapa sawit. Selama program, saya telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mendapatkan pengalaman belajar yang positif.

Apa rencana selanjutnya setelah menyelesaikan program ini?

Tumpangsari membutuhkan investasi tambahan, perencanaan, dan usaha. Namun,tumpangsari dapat menjadi sumber pendapatan alternatif jika dijalankan dengan benar.

Kami memiliki rencana untuk membagikan hasil penelitian dan praktik pertanian terbaik ini dengan petani swadaya dan plasma kami dengan harapan dapat meningkatkan mata pencaharian mereka.

Kami mengantisipasi pekerjaan ini untuk menjadi pilar yang semakin penting dan dapat berkontribusi pada agenda ketahanan pangan global.

[1] CFF adalah organisasi internasional yang independen dan memiliki mandat untuk mempromosikan dan memfasilitasi penggunaan tanaman yang terabaikan (neglected) dan kurang termanfaatkan (underutilised crops).

[2] Tanaman kurang termanfaatkan adalah tanaman yang potensinya belum terealisasi untuk kesejahteraan manusia. Sumber: http://www.cffresearch.org/Crops_For_the_Future-@-LandingArticle.aspx#Underutilised_Crops_and_Agricultural_Biodiversity, diakses pada 25 Februari 2020.