Singapore Institute of International Affairs (SIIA) Dialog Singapura ke -11 tentang Acara Sumber Daya Dunia Berkelanjutan, yang diadakan pada 9 Mei 2024 di Fullerton Hotel, Singapura. Mr Tichit berbagi pandangannya sebagai bagian dari panel berjudul “The Road Ahead for Resource Sector – Policy dan Pasar Arah.”
“Bagaimana kita melatih para pekebun masa depan untuk membuat perkebunan menarik bagi generasi berikutnya? Bagaimana kita memberi para pekebun masa depan pengetahuan dan kapasitas yang mereka butuhkan untuk menjadi cukup produktif untuk memenuhi tuntutan masa depan? ”
Ini adalah pertanyaan mendasar dan pertimbangan yang diajukan oleh Mr Tichit dalam berbagi perspektif Musim Mas bahwa agar sektor minyak kelapa sawit, sebagai sumber minyak dan lemak terkemuka di dunia, untuk memenuhi tuntutan masa depan, pekebun perlu diberdayakan. Pemberdayaan dilakukan dengan cara melengkapi mereka dengan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menghasilkan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan bukan hanya peduli terhadap lingkungan, namun juga meningkatkan hasil kebun.
Berusaha Melampaui Standar Operasi untuk Membangun Kapasitas
Musim Mas berusaha untuk melampaui standar industri, seperti yang dimiliki oleh Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO), dan untuk mencapai hasil di luar rata -rata industri. Sebagai Perusahaan yang memimpin kelapa sawit berkelanjutan, kami juga percaya pada pentingnya melampaui standar operasi kami sendiri untuk memenuhi permintaan masa depan secara berkelanjutan. Pada 2015, Musim Mas mulai bekerja bersama International Finance Coorporation (IFC), melatih pekebun swadaya untuk meningkatkan produktivitas dan menghasilkan secara berkelanjutan, meskipun Perusahaan tidak mengambil pasokan langsung dari pekebun swadaya tersebut.
Program Pemberdayaan Pekebun Swadaya Musim Mas memberikan pelatihan menggunakan modul yang mencakup masalah lingkungan seperti penanaman kembali dan tidak membakar, keterampilan manajemen bisnis dan literasi keuangan, masalah sosial seperti mengembangkan mata pencaharian alternatif, dan hal lainnya seperti administrasi. Sejak itu, Program Pemberdayaan Pekebun Swadaya Musim Mas telah berkembang menjadi yang terbesar dan paling luas di Indonesia.
Mengapa pekebun swadaya adalah kunci keberlanjutan minyak kelapa sawit
Pekebun swadaya adalah pekebun yang mengelola kebunnya sendiri, dan biasanya memiliki sekitar 2 hektar lahan yang ditanami sawit. Berdasarkan luas pengelolaan lahan di indonesia, mereka menghasilkan lebih dari 40% produksi minyak sawit, dan berdasarkan data dari World Resources Institute Indonesia, angka itu akan meningkat menjadi 60%.
Mereka seringkali tidak memiliki akses terhadap perkembangan praktik-praktik Perkebunan yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, mereka mungkin juga tidak memiliki sumber daya keuangan untuk menanam kembali kebun sawit mereka yang telah tua sebagai penyebab hasil kebun yang lebih rendah. Hal tersebut menghasilkan standar profitabilitas dan keberlanjutan yang rendah. Penelitian dari IFC, anggota Bank Dunia, menunjukkan bahwa hasil pekebun swadaya dapat mencapai 116% di bawah Perusahaan perkebunan di Indonesia.
Membangun kapasitas untuk memenuhi tuntutan masa depan
Dengan pengalaman Musim Mas melatih pekebun swadaya sejak 2015, perusahaan ini memperluas dukungannya dengan mendirikan Smallholders Hubs di mana Perusahaan melatih petugas penyuluhan pertanian lokal, yang dikenal sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Indonesia, melalui program Training for Trainers. Dengan pendekatan ini, PPL dapat melatih lebih banyak pekebun swadaya dari waktu ke waktu untuk membangun kapasitas di tingkat pemerintah daerah.
“Sebagai pelaku sektor swasta, kami tidak dapat menggantikan peran pemerintah, tetapi yang dapat kami lakukan adalah memberikan dukungan melalui pengalaman kami di industri, untuk menciptakan pekebun yang tangguh,” jelas Mr Tichit terkait pendekatan Musim Mas pada program Smallholders Hub. Saat ini, Musim Mas mendampingi enam Smallholders Hub di seluruh Indonesia. Selain pelatihan PPL, Musim Mas juga melakukan kolaborasi berbasis lanskap dengan off-takers di industry kelapa sawit, seperti perusahaan barang konsumsi, akademisi, dan masyarakat setempat.
Perspektif Musim Mas kemudian dilajutkan kembali oleh co-panellist, Mr Joseph D’Cruz, CEO RSPO, tentang keberlanjutan itu bukan hanya tentang memenuhi persyaratan eksternal seperti pelaporan tetapi tentang “membantu bisnis tetap dalam bisnis dengan memastikan sumber daya tidak habis dan mampu mempertahankannya secara efektif ke masa depan.”
Seiring pertumbuhan populasi dunia, permintaan minyak dan lemak nabati akan terus meningkat, seperti halnya kendala pada sumber daya seperti tanah dan air. Kebutuhan untuk melatih para pekebun masa depan untuk menghasilkan keberlanjutan akan menjadi semakin mendesak. Dengan semangat ini, Musim Mas terus melampaui operasinya sendiri untuk membangun kapasitas di tingkat pemerintah daerah dan lanskap.