Musim Mas
Language
Search Menu

Oleh Matthias Diemer

Matthias Diemer adalah seorang Konsultan Keberlanjutan di perusahaan konsultan Diemer Sustainability Consulting yang berbasis di Swiss, dan merupakan Penasihat Strategis Senior di Musim Mas. Matthias telah menduduki berbagai posisi saat berada dalam jaringan WWF sebelumnya.

Saat ditanya, konsumen Eropa ternyata lebih memilih produk yang tidak terkait dengan deforestasi. Setidaknya inilah yang diklaim WWF, setelah mendapatkan dukungan dari 1,2 juta warga yang mendukung Peraturan Deforestasi Uni Eropa terbaru, yang disahkan pada Desember 2022. Produk-produk minyak sawit (dan komoditas lain seperti kedelai, daging sapi atau kakao) yang akan dijual di pasar Eropa diwajibkan untuk bebas deforestasi per 31 Desember 2020.

Seberapa relevan regulasi ini sebenarnya untuk sektor kelapa sawit?

Baik perusahaan pengolah/pedagang besar, maupun perusahaan barang konsumsi, sudah memiliki komitmen untuk tidak melakukan deforestasi – dalam banyak kasus dengan tanggal batas akhir hingga 31 Desember 2015, lima tahun lebih awal dari yang sekarang disyaratkan oleh UE. Meskipun perusahaan kelapa sawit besar yang terintegrasi dapat memenuhi target ini, dan dalam kasus Musim Mas, verifikasi secara independen dilakukan melalui standar seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) atau Palm oil Innovation Group (POIG), intinya terletak pada ratusan pabrik kelapa sawit kecil yang memasok ke pabrik penyulingan Musim Mas, dan puluhan ribu petani swadaya yang memasok ke pabrik-pabrik Musim Mas tersebut. Kebanyakan dari mereka bukan merupakan anggota RSPO atau bahkan belum tersertifikasi melalui label nasional, seperti ISPO atau MSPO[1].

Kemamputelusuran telah menjadi elemen penting dari jaminan tanpa deforestasi

Pada awalnya, kemamputelusuran dibentuk untuk menelusuri pabrik yang memasok ke pabrik penyulingan, seperti yang dicontohkan oleh daftar pabrik yang tersedia di situs web perusahaan pengolah dan barang jadi. Hal ini telah digantikan oleh kemamputelusuran ke tempat produksi (TTP), yang jauh lebih rumit, yang melibatkan puluhan ribu petani sawit yang mengirimkan hasil panen mereka ke pabrik melalui koperasi atau agen dan sub agen.

Sementara, beberapa penyedia layanan memiliki sistem untuk memetakan elemen TTP, sebagian besar data TTP dirahasiakan, karena pabrik tidak mau mengungkapkan gudang pasokan mereka kepada calon pesaing.

Para merek dagang produk konsumen telah meminta verifikasi independen dari data TTP, untuk memastikan bahwa data TTP benar, dan lokasi penanaman tidak dideforestasi setelah tanggal batas akhir. Yang terakhir, biasanya dilakukan dengan menganalisa data TTP dengan citra satelit sebelum tanggal batas akhir. Hasil analisis ini – “verified deforestation-free” (VDF) –mendapatkan status kata kunci dengan cepat.

Informasi yang muncul tentang VDF

Baru-baru ini, beberapa konsultan telah mengumumkan skema VDF, dan beberapa sedang melakukan uji coba percontohan. Hasilnya adalah sebagai berikut:

  • Karena tidak ada standar untuk VDF, pengguna harus bergantung pada pernyataan jaminan oleh konsultan. Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah satu pendekatan akan menjadi arus utama, atau jika beberapa skema akan muncul bersamaan di masa depan. Selama tidak ada patokan, sulit untuk membandingkan skema yang muncul.
  • Sejauh ini, konsultan-konsultan yang menawarkan layanan VDF tersebut tidak benar-benar independen, misalnya badan verifikasi pihak ketiga. Dalam banyak kasus, mereka memberikan layanan lain kepada pengolah minyak sawit atau produsen barang jadi.
  • VDF bukanlah pelaksanaan yang dilakukan hanya dalam satu kali. Setiap perubahan dalam basis pasokan kilang akan memerlukan verifikasi tambahan dari pemasok baru atau petani sawit baru.
  • Klaim VDF hanya sebaik data TTP di belakangnya. Meskipun tampaknya relatif mudah untuk memverifikasi konsesi, memberikan pernyataan VDF atas asal dari ribuan petani sawit adalah tugas yang sulit untuk dilaksanakan, dan bahkan lebih sulit lagi untuk dipertahankan. Beberapa perusahaan mungkin tergoda untuk mengambil jalan keluar yang aman, yaitu dengan mengecualikan para petani swadaya.
  • Seperti jenis sertifikasi/verifikasi lainnya, VDF tidak menjamin bahwa penyimpangan tidak akan terjadi. Saat ini, tidak ada sistem kemamputelusuran yang dapat melacak 100% tanaman dari plot petani ke pabrik atau pabrik penyulingan. Itulah mengapa alat tambahan, seperti Risk Management Framework Musim Mas atau pemeriksaan lainnya tetap penting untuk dilakukan.

Apakah VDF merupakan solusi deforestasi?

Sementara VDF dipuji oleh beberapa orang sebagai solusi untuk deforestasi, hal ini mungkin hanya akan mengatasi sebagian masalah yang dihadapi. Hal ini membawa kita kembali ke peraturan Deforestasi UE yang disebutkan di awal. Di sini juga, persyaratan geolokasi yang melacak tanaman kembali ke petak petani sawit mungkin menjadi penghalang bagi beberapa orang, yang menyebabkan pengucilan petani sawit. Mengingat bahwa petani swadaya mencakup lebih dari 40% produksi minyak sawit Indonesia – diperkirakan akan meningkat menjadi 60% pada tahun 2030 – mengecualikan mereka dari pasar mana pun, dan khususnya pasar Barat yang menguntungkan, seharusnya tidak menjadi kepentingan siapa pun, baik dari perspektif mata pencaharian maupun kesetaraan.

[1] Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) adalah label nasional wajib, yang memberikan jaminan kepatuhan hukum dan beberapa persyaratan keberlanjutan tambahan.