Kamis – Tiga puluh enam perusahaan agribisnis terkemuka hari ini meresmikan Global Alliance Agri-bisnis (GAA) di Singapura. Tujuan mereka adalah secara bersama mengatasi tantangan lingkungan dan sosial terutama dalam menghadapi masalah rantai pasok pertanian dan masyarakat pedesaan di seluruh dunia.
Peresmian yang diumumkan pada forum Sustainable Futures dengan disponsori oleh Olam International, GAA yang baru saja dibentuk merupakan sebuah inisiatif yang dipimpin oleh CEO sektor swasta dimana mereka berupaya untuk memberikan kontribusi yang signifikan demi mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) dari PBB pada tahun 2030, terutama SDG 2: mengakhiri masalah kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas gizi, serta mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
Anggota perusahaan yang meresmikan acara ini mencakup setiap benua dan komoditas yang ada
Perusahaan yang terlibat berkantor pusat diseluruh dunia dan mereka merupakan perwakilan dari Afrika, Asia, Australia, Amerika Serikat dan Amerika Selatan dimana bidang usahanya mencakup komoditas yang beragam termasuk biji-bijian, susu olahan, kacang olahan, minyak nabati, kacang-kacangan, karet, gula, serta agro-kimia.
Peran unik dan penting
GAA secara unik menyatukan perusahaan – perusahaan yang berhubungan erat dengan “Pertanian” sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar didalam mengelola sumber daya alam termasuk masyarakat sekitar, dimana banyak yang dipekerjakan oleh sektor tersebut. Profile anggotanya sendiri mencakup petani dan produsen; pedagang; pemupuk; pemasok agro-kimia dan benih; penyedia agri-service, prosesor utama dan pemasok agri-tech untuk tanaman pangan dan non-pangan.
David Nabarro, Penasehat Khusus Sekretaris Umum PBB dalam Agenda tahun 2030 pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim, mengatakan: “Pencapaian Sustainable Development Goals pada 2030 akan mengubah dunia kita: memberantas kemiskinan, mengatasi perubahan iklim dan memastikan kesejahteraan, menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi anak dan cucu-cucu kita”.
“SDGs juga merupakan wujud kesempatan berinvestasi bagi pebisnis yang bertanggung jawab, dan merupakan esensi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pencapaian SDGs hanya akan terjadi apabila komunitas pebisnis berkomitmen penuh, merubah model bisnis mereka dengan menyalurkan nilai sosial dan lingkungan, serta bekerjasama dengan sektor publik dan masyarakat sipil.
“Peresmian Global Agri-business Alliance merupakan berita bagus untuk SDGs.”
Ketika banyak perusahaan agribisnis berkolaborasi dengan LSM, penyelenggara teknis, distributor produk dan pengecer, anggota GAA akan memanfaatkan kelebihan kolektifnya di “baris terdepan” dalam bidang produksi agrikultural untuk membantu memberikan skala dan dampak yang diperlukan bagi terjadinya sebuah perubahan yang besar.
Semua anggota akan berkolaborasi untuk meningkatkan taraf kehidupan dan situasi pekerjaan dipedesaan, mengurangi resiko perubahan iklim dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan pada tahap lanskap. Kombinasi yang kuat ini akan meningkatkan ketahanan pangan dan nutrisi secara global. Bukan hanya itu, hal ini juga akan mendukung tercapainya SDG 1 – untuk memberantas segala bentuk kemiskinan yang ada.
Paul Polman, Chief Executive Officer dari Unilever, yang merupakan anggota dari Grup Pembela SDG, mengatakan: “Global Agri-business Alliance merupakan langkah yang penting untuk menyelaraskan sektor penting yang terlibat dalam pencapaian Sustainable Development Goals. Kami mengetahui bahwa SDGs tidak dapat dicapai tanpa usaha bersama dan kita semua harus bergerak melebihi rantai pasokan individual untuk menuju sektor yang lebih luas dengan pendekatan value chain. Aliansi ini dapat mengkatalisasi pemikiran bisnis dan bekerjasama dengan organisasi bisnis lainnya untuk memberikan dampak positif terhadap kebutuhan dunia.”
Lord Mark Malloch-Brown, Ketua, Business and Sustainable Development Commission berkomentar: “Agri bisnis adalah bidang yang paling terkait dengan SDGs dalam mengurangi masalah kelaparan dan menyelesaikan masalah kemiskinan, dan juga penting dalam melindungi mata pencaharian, untuk mencapai kesetaraan gender dan pemenuhan pendidikan. Perusahaan yang tergabung dalam Global Agri Business Alliance memahami bahwa sektor mereka harus dapat membantu pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, dan mereka juga menyadari bahwa SDGs memberikan peluang bisnis yang sangat besar. Kami yang berada di Business Commission berharap untuk bekerjasama dengan GAA dan anggota perusahaan lainnya untuk meraih kesempatan dalam menciptakan dunia berkelanjutan yang lebih inklusif.”
Executive Chairman, Grup Musim Mas mengatakan: “Musim Mas menyambut baik dan mendukung dibentuknya Global Agri Business Alliance. Misi dari Aliansi ini sendiri adalah untuk memenuhi tantangan kompleks pengembangan berkelanjutan untuk sektor agrikultur yang sejalan dengan etos Musim Mas. Aliansi ini akan meningkatkan peran sektor dalam mencapai jalan yang inklusif secara sosial dan lingkungan yang berkelanjutan, serta berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Tujuan dan target alliansi yang sejalan dengan Sustainable Development Goals juga bisa memberikan kontribusi terhadap agenda pengembangan berkelanjutan secara global.”
Belum lagi, FAO baru-baru ini memperkirakan sekitar 795 juta orang kekurangan gizi, sekitar 50% berasal dari masyarakat petani, yang masih hidup dari lahan marjinal yang rawan bencana alam termasuk kekeringan dan banjir. Pada saat yang sama, sektor pertanian telah mengonsumsi 70% air bersih dan menghasilkan 12% dari gas rumah kaca yang dihasilkan oleh manusia – atau lebih dari 25% jika kehutanan dan penggunaan lahan lainnya dimasukkan. Kemampuan sektor untuk meningkatkan produktivitas, meminimalkan peningkatan populasi dunia diperkirakan dapat meningkat dari 7.3 milyar menjadi 8.5 milyar di tahun 2030.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi:
Carolyn Lim
Corporate Communications
media@musimmas.com
+65 6576 4770