Singapore – Sementara fokus dan upaya untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi oleh pekerja pedesaan di seluruh sektor pertanian semakin meningkat, tantangan sistemik tetap ada. Dengan menyadari bahwa masing-masing perusahaan di sektor swasta tidak dapat menyelesaikan tantangan ini sendiri, maka Cargill, Golden Agri-Resources (GAR), Musim Mas, Sime Darby Plantations dan Wilmar International Limited (Wilmar), diselenggarakan oleh Forum for the Future, sebuah perusahaan non-profit independen yang bekerja sama dengan organisasi swasta dan publik untuk memecahkan tantangan keberlanjutan yang kompleks, di bawah program Decent Rural Living Initiative.
Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan perlindungan hak asasi manusia dan hak pekerja di sektor pertanian, tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat pedesaan dengan membangun kemitraan lintas sektor dan pemangku kepentingan untuk mengatasi hambatan pekerja-sentris dan melampaui kepatuhan.
Program Decent Rural Living Initiative ini pada awalnya akan fokus di Indonesia, dan lokakarya konsultatif pertama akan berlangsung pada bulan Mei 2018. Rencana tindakan akan dirancang dari hasil pendekatan dengan berbagai sudut pandang dan akan diumumkan sebelum akhir tahun 2018.
Sebagai produsen, pengolah dan pedagang kelapa sawit terkemuka di dunia, Cargill, GAR, Musim Mas, Sime Darbv Plantation dan Wilmar, secara individu telah menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memenuhi komitmen No Deforestation, Peat, Exploitation (NDPE) dan memberikan pengaruh baik bagi keseluruhan praktek di industri melalui tindakan mereka sendiri.
Upaya ini memberikan beberapa keberhasilan. Pada tahun 2017, 6,1 juta hektar hutan telah terhindar dari pengembangan Kelapa Sawit Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh komitmen NDPE terhadap perusahaan-perusahaan utama di dalam sektor ini, di samping kebijakan pemerintah[i]. Namun, memastikan bahwa kawasan ini tidak dikonversi tetap menjadi tantangan tersendiri. Tekanan untuk perubahan penggunaan lahan lebih lanjut oleh produsen lain, dan sektor lain, yang tidak berpegangan pada standar keberlanjutan global terus berkembang. Perusahaan dengan komitmen NDPE saat ini hanya menguasai 74% dari kapasitas refineri yang telah digabungkan antara Indonesia dan Malaysia, yang masih menyisakan 19 juta ton kebocoran pasar setiap tahunnya[ii]. Perlu lebih banyak dukungan pemangku kepentingan dari public, masyarakat, pasar dan sebagainya.
Sedangkan, di dalam operasi sehari-hari di negara berkembang, sebagai pengusaha pedesaan terkemuka, kami melihat bahwa masyarakat pedesaan yang memiliki kebutuhan pembangunan seringkali bertentangan dengan tujuan konservasi. Sampai mekanisme yang efektif ditemukan, insentif konservasi dan memenuhi kebutuhan mata pencaharian, kawasan hutan yang disisihkan oleh perusahaan yang bertanggung jawab tetap terancam.
Kami yang bertandatangan di bawah ini, mencari kolaborasi yang lebih kuat dan lebih praktis untuk menemukan kesuksesan dalam jangka panjang, baik bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan ini, dan juga untuk hutan yang tersisa.
1 | Chain Reaction Research, February 2017 https://chainreactionresearch.com/reports/indonesian-palm-oils-stranded-asset |
2 | Chain Reaction Research, November 2017 https://chainreactionresearch.com/2017/11/01/report-unsustainable-palm-oil-faces-increasing-market-access-risks-ndpe-sourcing-policies-cover-74-percent-of-southeast-asias-refining-capacity |
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan klik di sini.
For more information, please contact:
Carolyn Lim
Corporate Communications
coms@musimmas.com
+65 6576 4770