12 Juni, 2020, Indonesia – Awal pekan ini, petani swadaya, dengan bantuan PT Siringo-ringo, anak perusahaan Musim Mas, menerima bantuan dana penanaman kembali dari pemerintah Indonesia, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dan Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia).
Bantuan dana tersebut akan membantu kelompok petani Gapoktan Mekar melakukan penanaman kembali di atas 77 hektar lahan secara berkelanjutan. Meskipun petani ini bukan bagian dari program petani sawit Musim Mas, Musim Mas membantu petani dari Gapoktan Mekar dengan surat permohonan bantuan keuangan dan pendaftaran ke Direktorat Jenderal Perkebunan dan BPDP-KS. Musim Mas juga bermitra dengan Gapoktan Mekar sebagai off taker.
Atas: Acara penanaman kembali diadakan pada 10 Juni 2020 untuk menandai dimulainya kemitraan dan bantuan keuangan penanaman kembali. Tampak dalam foto tersebut perwakilan dari Dinas Pertanian Labuhanbatu, Camat Bilah Hulu, Kepala Desa Tanjung Siram, BRI, Musim Mas, dan Gapoktan Mekar.
Saat kelapa sawit mencapai kematangan setiap 25 tahun, kelapa sawit berhenti produktif dan memerlukan penanaman kembali. Menurut Chain Reaction Research, biaya penanaman kembali secara berkelanjutan adalah sekitar Rp 50 – 60 juta (USD 3.510) per hektar. Oleh karena itu, bantuan pemerintah membantu mengurangi tekanan keuangan pada petani dan mendorong mereka untuk menanam kembali secara berkelanjutan. Sebanyak Rp 1,925 miliar (USD 13.555.860) akan disalurkan kepada para petani Gapoktan Mekar.
Ini adalah kedua kalinya Musim Mas memungkinkan petani swadaya untuk mengakses bantuan keuangan dari pemerintah dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Atas: Beberapa biaya yang harus ditanggung petani saat melakukan penanaman kembali secara berkelanjutan di antaranya adalah biaya sewa ekskavator dan upah tenaga kerja untuk mengoperasikan alat berat.
“Petani swadaya mungkin menghadapi minimnya akses keuangan,” kata Rob Nicholls, Manajer Umum Program dan Proyek Musim Mas. “Hal ini menghambat kemajuan mereka menuju penanaman yang berkelanjutan, terutama selama siklus penanaman kembali karena mereka perlu menyewa ekskavator, membeli bibit dan juga mencari sumber pendapatan alternatif untuk dua hingga tiga tahun ke depan sampai kelapa sawit mereka berbuah.”